Tentang Kami

Sejarah Terbentuknya Kawasan Konservasi Taman Nasional Baluran
Perjalanan konservasi kawasan Baluran dimulai pada tahun 1920 sebagai hutan produksi jati. K.W. Dammerman, Direktur Kebun Raya Bogor, menetapkan status hutan lindung pada 1930. Transformasi signifikan terjadi ketika Gubernur Hindia Belanda mengukuhkannya sebagai suaka margasatwa.
Puncak perjuangan konservasi tercapai melalui Keputusan Menteri Pertanian tanggal 6 Maret 1980. Kawasan seluas 25.000 hektare resmi menjadi Taman Nasional Baluran. Penetapan ini mencakup perairan sekitar dan hutan Bitakol sebagai bagian integral.
Nilai-Nilai Kami

Konservasi Berkelanjutan
Kami berkomitmen menjaga keutuhan ekosistem melalui perlindungan habitat alami. Setiap program konservasi dirancang untuk generasi mendatang. Kolaborasi dengan komunitas lokal menjadi kunci kesuksesan misi ini.

Keunggulan Riset Ilmiah
Platform penelitian terdepan mendukung pengembangan ilmu pengetahuan lingkungan. Tim ahli multidisiplin menghasilkan data akurat untuk kebijakan konservasi. Kemitraan institusi pendidikan memperkuat kapasitas riset berkelanjutan.

Transparansi dan Akuntabilitas
Keterbukaan informasi menjadi prinsip utama dalam setiap kegiatan. Laporan berkala memastikan publik memahami capaian dan tantangan. Mekanisme pengaduan tersedia untuk meningkatkan kualitas layanan.

Pendidikan Konservasi
Program edukasi lingkungan menyasar berbagai kalangan masyarakat. Pengalaman langsung di alam membangun kesadaran konservasi. Generasi muda menjadi fokus utama pembentukan karakter peduli lingkungan.

Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati
Taman Nasional Baluran memiliki enam tipe ekosistem utama yang saling terkait. Ekosistem savana mendominasi dengan 40% dari total luas kawasan. Keberagaman habitat menciptakan rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna.
Kekayaan biodiversitas mencapai 715 jenis flora dan ratusan spesies fauna. Tercatat 444 jenis tumbuhan dengan 265 berkhasiat obat-obatan. Mamalia berjumlah 28 jenis, burung 234 jenis, serta 358 jenis ikan.

Iklim, Morfologi, dan Hidrologi
Karakteristik iklim relatif kering mendukung dominasi ekosistem savana alami. Gunung Baluran setinggi 1.247 meter menjadi puncak tertinggi kawasan. Variasi topografi dari pantai hingga pegunungan menciptakan iklim mikro beragam.
Ketersediaan air mengalami fluktuasi musiman yang mempengaruhi dinamika ekosistem. Sungai Bajulmati dan Klokoran menjadi batas hidrologi alami kawasan. Manajemen sumber daya air menjadi prioritas dalam menghadapi perubahan iklim.
Peran dan Fungsi Kami
Fungsi utama kami sebagai sistem penyangga kehidupan melalui konservasi ekosistem. Pengawetan keanekaragaman hayati dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan. Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat.
Sebagai destinasi ekowisata, kami memberikan pengalaman alam autentik bagi pengunjung. Penelitian dan pendidikan lingkungan menjadi kontribusi nyata bagi ilmu pengetahuan. Kerjasama regional dan internasional memperkuat posisi Indonesia dalam konservasi global.